Usman Lamreung : Koordinasi Penanganan Stunting Aceh Salah Arah -

Usman Lamreung : Koordinasi Penanganan Stunting Aceh Salah Arah

0

Usman Lamreung (Direktur Eksekutif Lembaga Emirate Devlopment Research)

Spread the love

Pemerintah Aceh meluncurkan Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA), sebagai upaya percepatan penanganan stunting dan capaian sejumlah imunisasi.

Untuk pelaksanaan kegiatan ini Pejabat Gubernur Aceh menunjuk Sekda Aceh Taqwallah selaku Kepala Satgas penanganan stunting Aceh, dalam rangka mengawal Program percepatan penanggulangan di seluruh Kabupaten/Kota di Aceh.

Masalah kesehatan di Aceh tidak hanya stunting, namun juga penyakit TBC. Banyak kalangan menilai tingginya prevalensi stunting yang bahkan diatas rata-rata angka nasional dan masih tingginya penderita TBC di Aceh adalah bagian dari kegagalan pemerintah Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan juga kegagalan Sekda Aceh Taqwallah.

Sebagaimana kita ketahui Sekda Aceh adalah juga berprofesi sebagai dokter. Beliau dapat dikatakan lengah dan lalai yang seharusnya bidang kesehatan menjadi skala prioritas dalam pembangunan Aceh.

Beliau harusnya mendorong bawahannya dan mengkoordinasikan dengan seluruh pemerintah Kabupaten/Kota untuk fokus pada program penurunan stunting dan TBC di Aceh.

Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA) direncanakan duplikasi Gerakan Masker Aceh. Semua SKPA akan berpatisipasi dan terjun langsung ke Kabupaten/Kota yang telah ditentukan. Seberapa efektifkah program tersebut? bila semua SKPA dilibatkan dan diharuskan turun ke Kabupaten/Kota. Hal ini pastinya akan berimplikasi kepada pembengkakan anggaran atau dapat terindikasi pemborosan anggaran.

Pertanyaannya dari mana anggaran yang digunakan oleh seluruh unsur SKPA? Pertanyaan berikutnya apakah semua SKPA memahami secara rinci mengenai stunting? Apakah mereka melakukan penyuluhan ke masyarakat? Kalau hanya ramai-ramai SKPA ke daerah dan tingkat kebermanfaatan tidak ada, maka perlu dipertimbangkan program tersebut?

Penanganan stunting bukan seperti program bagi-bagi masker, tetapi penanganan terstruktur dengan program dan waktu selama yang terukur, dengan terus menerus dilakukan monitoring dan evaluasi berkala ke lapangan terhadap sasaran. Pertanyaannya, berapa lama program ini dilaksanakan?

Seharusnya yang dilakukan pemerintah Aceh adalah memperkuat supervisi dan penguatan SDM dilapangan. Bukankah sudah ada Puskesmas sampai tingkat pustu dan penyuluh kesehatan, kenapa tidak memperkuat dan mensupport mereka? Dengan melibatkan Kampus, IDI, IBI dan organsiasi profesi lainnya yang beririsan dengan bidang kesehatan?

Program GISA yang dipelopori Sekda Aceh sepertinya kurang membangun koordinasi dengan berbagai elemen masyarakat seperti Ikatan Dokter Indonesia Propinsi Aceh, Organisasi Perawat Propinsi Aceh, Organisasi Bidan dan Perguruan Tinggi.

Pemerintah Aceh sepertinya ingin jalan sendiri, padahal masih ada elemen yang lain yang bisa digunakan dengan memperkuat supervisi, anggaran dan SDM, tanpa harus ramai-ramai kelapangan tapi belum tentu mampu menurunkan stunting.

Namun tetap sebagai masyarakat Aceh, kita sangat berharap permasalahan kesehatan seperti stunting dan TBC di Aceh bisa dituntaskan. Sehingga kesejahteraan masyarakat bisa meningkat dengan meningkatnya derajat kesehatan di Aceh.

Oleh: Usman Lamreung
(Direktur Eksekutif Lembaga Emirate Devlopment Research)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
/