Internet Dan Kehidupan Manusia Di Era Glabalisasi -

Internet Dan Kehidupan Manusia Di Era Glabalisasi

0
Spread the love


Penulis adalah Staf Redaksi Nsi@id

Surabaya,newssuaraindependent.id_
Internet terkadang digambarkan sebagai tahap awal dalam penciptaan pemikiran. Kapan saja dalam setiap seharinya, ratusan juta pikiran manusia sedang mengakses ruang maya, menyerap data, berinteraksi, melakukan pemrosesan data paralel yang sangat besar.

Jika semua aktivitas itu menjadi fokus dalam satu pikiran, maka betapa kuatnya pikiran itu. Pikiran ini akan mengandung hampir seluruh kebijaksanaan yang terkumpul dari umat manusia. Pikiran itu akan menjadi manusia sebagai satu kesadaran.

Kita dapat mendefinisikan Hyang Maha Esa sebagai kesadaran transenden, pikiran super sadar, Jiwa sebagai kesadaran luar biasa dan materi sebagai kesadaran.

Alam semesta menambahkan prinsip kehidupan dan pertumbuhan ke arena materi mati dan secara tidak sadar mengarahkannya melalui hukum Alam (fisika).

Manusia adalah realitas mikrokosmos. Realitas makrokosmos terdiri dari satu kesatuan Pikiran, Jiwa, Alam dan materi, begitu pula manusia. Seperti diatas mikrokosmos, demikian pula dibawah makrokosmos ini.

Jenis kehidupan dan kehidupan setelah kematian seorang manusia akan ditentukan oleh tingkat kemana ia mengarahkan kesadarannya. Seseorang bisa melibatkan diri dalam kontak sensual dengan materi dan menjadi benar-benar terdegradasi, atau mengarahkan pandangannya ke bidang intuisi keilahian. Itulah pilihannya.

Dengan perenungan, tafaqur, meditasi dan disiplin intelektual, pikiran manusia dapat menaiki tangga ke Jiwa yang lebih tinggi daripada pikiran, kemudian mengarahkan kontemplasi terhadap Hyang Maha Esa – yang setara dengan persatuan yang penuh kegembiraan bersama Tuhan.

Kita tidak terpisah dari Hyang Maha Esa. DIA “hadir secara intim ditengah-tengah jiwa kita”, atau, kita melihatnya dengan cara lain, bahwa kita semua didalamNYA, ditopang olehNYA.

Hipostasis pikiran adalah energi tanpa tubuh (tetapi dikaitkan dengan materi inkorporeal). Ini sepenuhnya intelektual. Pikiran tidak memiliki ekstensi fisik. Pikiran ini adalah poin yang sangat kecil, dan juga tak terbatas dalam keberadaannya. Pikiran itu diluar ruang, waktu dan pengukuran.

Pikiran ini adalah ketidakterbatasan yang lebih rendah daripada Hyang Maha Esa karena tugasnya adalah untuk berpikir dalam hal yang terbatas, tentang batas, definisi, dan tekad, sedangkan Tuhan mustahil terbatas, DIA tidak terdefinisi.

Kesempurnaan Ketidakterbatasan Hyang Maha Esa yang disaksikan melalui prisma keberadaan ini diterjemahkan sebagai ketidakterbatasan yang kurang sempurna.

Rahayu.
Penulis adalah Staf Redaksi nsi@id
~ Uyut Suruyut ~( browibowo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
/