Menpora Amali meyakini, dengan dukungan media dan para jurnalis, target utama dari DBON yakni 100 tahun Indonesia merdeka atau tahun 2045 Indonesia berada di peringkat 5 dunia Olimpiade maupun Paralimpiade dapat dicapai.

“Target kita dalam Desain Besar Olahraga Nasional yang dipayungi oleh Perpres 86 Tahun 2021 bahwa kita bermimpi besar tahun 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka, insya Allah bisa terwujud peringkat 5 dunia baik Olimpiade maupun Paralimpiade,” ujar Menpora Amali dalam sambutannya saat menghadiri acara NOC Editor in Chief Media Gathering yang berlokasi di Caspar Restaurant Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (2/9) malam

“Ini mimpi kita bersama, mohon dukungan dari teman-teman media,” harap Menpora Amali.

Dalam kesempatan ini, Menpora Amali memaparkan bahwa DBON lahir sebagai pedoman dalam pembinaan atlet prestasi. Menurutnya, atlet berprestasi harus dibina dari talenta-talenta atau by design bukan ditemuka by accident seperti yang terjadi selama ini.

“Selama ini kita mendapatkan atlet yang memiliki bakat. Kemudian bakat itu dibina, tetapi kita tidak memikirkan bagaimana setelah dia selesai, kita tidak mempersiapkan talenta-talenta yang di bawahnya yang terdesain dengan bagus. Dan, selama ini kita tidak bisa membedakan mana Sea Games, mana Asian Games dan mana Olimpiade,” jelas Menpora Amali.

Menpora Amali menjelaskan, dalam DBON ini target utama prestasi olahraga adalah Olimpiade dan Paralimpiade. Sementara SEA Games dan Asian Games hanya dijadikan sasaran antara saja.

“SEA Games dan Asian Games adalah sasaran antara. Sehingga pada saat SEA Vietnam kemarin kalau ditanya apa targetnya? ini kita persiapan untuk Olimpiade Paris 2024. Jadi sebanyak mungkin atlet kita yang lolos di kualifikasi Olimpiade Paris 2024 maupun Paralimpiade,” katanya.

Dengan demikian, perencanaan tentang prestasi olahraga terdesain. Bukan hanya itu, dalam DBON juga bukan hanya mengatur tentang prestasi saja. Namun juga mengatur soal kebugaran masyarakat sebagai hulu dan prestasi sebagai hilirnya.

“Kita tidak mungkin mendapatkan talenta yang bagus kalau masyarakat kita tidak bugar. Jadi kebugaran hulunya dan hilirnya adalah prestasi,” ujarnya.

Dalam DBON juga sudah diatur tentang peran dari masing-masing stakeholder mulai dari berbagai kementerian pemerintah pusat, pemerintah daerah, NOC, NPC, KONI, SOINA dan lan sebagainya.

Selain itu, DBON juga mengatur tentang penghargaan terhadap para atlet baik pada saat berprestasi maupun masa depan setelah purna menjadi atlet.

“Kami bulan lalu mengangkat sekitar 200 atlet menjadi ASN di Kemenpora, tetapi bukan ASN yang kerja kantor. Dia sebagai atlet silakan tetap melanjutkan berprestasi, dia sebagai pelatih silahkan menjadi pelatih dan kalau daerah membutuhkan kita akan kirim mereka. Tetapi statusnya adalah ASN Kemenpora,” ucapnya.

Dari 200 atlet tersebut, ada sekitar 60 orang atlet disabilitas yang berprestasi dijadikan sebagai ASN Kemenpora. Sehingga mereka merasa nyaman dan tenang serta tidak lagi mengkahawatirkan tentang masa depan mereka.

“Itulah sebabnya kenapa di Asean Para Games yang lalu kita menjadi juara umum, target 104 emas. Tapi hasilnya 175 medali emas. Ini karena mereka ada jaminan masa depan,” katanya.

Disisi lain, DBON juga mengatur soal kurikulum pendidikan untuk para siswa yang nantinya akan ditempatkan di sentra-sentra olahraga yang dipusatkan di sejumlah peguruan tinggi. Di sentra-sentra tersebut, nantinya akan diisi oleh para siswa yang berusia 12 tahun atau tamat Sekolah Dasar (SD). Semua pembiayaan mulai dari biaya sekolah, makan, tempat tinggal dan uang saku ditanggung oleh negara. (Red.sli.com)