Erupsi Covid-19 Meningkat 300%, PERSI/ IDI Sumbar, Isolasi Mandiri Miliki Potensi Besar Penyebaran -

Erupsi Covid-19 Meningkat 300%, PERSI/ IDI Sumbar, Isolasi Mandiri Miliki Potensi Besar Penyebaran

0
Spread the love

Selasa 22 Sepetember 2020

Kab. Solok–Suaraindependent.id– Guna meminimalisir erupsi pasien Covid-19 dan meningkatkan Penanganan Erupsi Pelayanan Pasien Covid-19 untuk lebih baik lagi, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Wilayah Sumbar dengan IDI lakukan Rakor bersama Pemprov, Pemkab/ Pemkot Se- Sumbar.

Hadir pada rakor yang dilaksanakan secara virtual tersebut, Selasa (22/9), Bupati Solok, Kepala Dinkes Kab. Solok, Kalaksa BPBD Kab. Solok, Dirut RSUD Arosuka.

Juga dalam Vidcon tersebut ikut bergabung Gubernur Sumbar, Kepala Dinkes Prov. Sumbar, Kalaksa BPBD Prov. Sumbar, Ketua PERSI Sumbar, Wakil Rektor II Unand, Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi FK Unand, Dirut RS pemerintah dan swasta se-Sumbar- Ketua IDI wilayah dan cabang se-Sumbar

Gubernur Sumbar mengatakan, tujuan diadakannya rakor ini untuk meminimalisir erupsi pasien covid-19 dan kesiapan RS dalam penanganan pasien Covid-19, ada beberapa kebijakan Pemerintah Daerah dalam penanganan wabah Covid-19 ini, dan diharapkan didukung penuh oleh Pemerintah Kab/ Kota di wilayah Sumbar.

Untuk pelaksanaan isolasi kita juga sudah siapkan mulai dari Provinsi hingga tingkat Nagari, Perda mengenai Covid-19 pun sudah dikeluarkan, selain itu beberapa kebijakan sudah diambil, antara lain peningkatan kapasitas testing dan percepatan waktu tunggu, pembatasan antar Daerah bahkan Provinsi, skrening ketat di fasum seperti Bandara serta peningkatan partisipasi Nagari.

Ketua PERSI Sumbar mengatakan erupsi pasien penderita pandemi covid-19 hingga saat ini meningkat hingga 300%, menghentikan isolasi mandiri langkah yang tepat, karena hanya menambah kluster baru (kluster rumah)

Selain itu, isolasi mandiri dinilai memiliki potensi besar dalam menyebaran covid-19, pasien tidak terkontrol dan memiliki peluang besar untuk melakukan kontak dengan lingkunganya, ini berpotensi meluasnya penyebaran.

Saat ini kita kekurangan tenaga medis, berdayakan tenaga mahasiswa kesehatan yang sudah tingkat akhir itu solusinya, sementara kita menunggu tantangan besar, kasus yang ada sampai saat ini masih belum puncaknya, artinya masih akan berlanjut dan belum diketahui kapan akhirnya.

Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi FK Unand mengatakan, hingga saat ini pengendalian dan penanganan yang tidak maksimal akan mempertinggi angka kematian, disamping masalah tenaga medis, masalah yang krusial juga terdapat di RS, seperti peralatan intensif yang terbatas, sebaran pasien yang tidak terpola antar RS, obat yang terbatas, infeksi penularan di internal RS, APD dan kecemasan petugas kesehatan.

Bupati Solok dalam paparannya mengatakan, untuk RS Kab. Solok sudah memiliki ruang isolasi Sendiri, namun masih belum terlalu memadai dan mencukupi,

Koordinasi dan kerjasma dengan seluruh unsur terkait dalam menangani covid-19 perlu di jalin, serta melakukan evaluasi sistem rujukan pasien terkonfirmasi kembali, agar lebih jelas dan memudahkan RS daerah untuk melakukan rujukan. (Billy@nsi-id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
/